MATARAM, radarntb.com – Upaya genjot pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Asma di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Mataram Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) latih 30 Tenaga Kesehatan (Nakes).
Pelatihan Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Asma di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ini berlangsung selama lima hari, mulai tanggal 4 hingga 8 November 2024 di Hotel Mataram Square, diikuti oleh 30 peserta dari berbagai kabupaten/kota di NTB.
Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama Bapelkes Mataram dengan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (Dirjen Kesmas) Kemenkes RI, yang didanai oleh Strengthening of Primary Healthcare In Indonesia (SOPHI).
Kepala Bapelkes Mataram, Ali Wardana, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Widyaisuara Bapelkes Mataram Khairul Anwar sebutkan tingginya prevalensi PPOK dan Asma di Indonesia berdasarkan data Riskesdas.
Mengutip data WHO, Ali Wardana menyebutkan bahwa PPOK merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di dunia.
“Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (PAL) yang digagas WHO menjadi solusi efektif untuk mendeteksi dini, mendiagnosis, dan mengelola kasus PPOK dan Asma,” ujar Ali Wardana.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di FKTP dalam mendeteksi, mendiagnosis, dan mengelola kasus PPOK dan Asma secara tepat. Dengan demikian, diharapkan kualitas pelayanan kesehatan paru di NTB dapat ditingkatkan.
“Peserta diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam pelatihan ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama terkait pentingnya pencegahan dan pengendalian PPOK dan Asma,” tegas Ali Wardana.
Salah satu fokus utama pelatihan ini adalah pencegahan. Peserta diberikan pemahaman mengenai faktor risiko PPOK dan Asma, serta strategi pencegahan yang efektif. Selain itu, peserta juga dilatih untuk melakukan deteksi dini melalui skrining sederhana.
Dengan terselenggaranya pelatihan ini, diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit ini di NTB.
Selain itu, pelatihan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita PPOK dan Asma, serta mengurangi beban ekonomi yang ditimbulkan oleh kedua penyakit tersebut.