MATARAM radarntb.com – Acara seminar Parenting di SDN 47 Ampenan banyak orang tua murid yang ikut menjadi peserta menangis, ketika pemateri memutar video proses pembuahan, kehamilan, hingga kelahiran anak dari Rahim ibu.
Sebagai upaya membangun harmoni antara sekolah dan orang tua, SDN 47 Ampenan menyelenggarakan seminar parenting bertajuk “Pengasuhan Positif untuk Anak : Kerjasama Sekolah dan Orang tua untuk Penguatan Karakter dan Prestasi Anak” berlangsung di Aula Utama SDN 47 Ampenan, Sabtu (17/9/2022).
Sebagai informasi, Parenting adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pola asuh orang tua guna membangun karakter positif pada anak.
Dalam artian Parenting merupakan, upaya orang, terkait bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seminar Parenting di SD 47 Ampenan Kota Mataram itu merupakan kolaborasi untuk membangun harmoni antara sekolah dan orang tua.
Seminar Parenting SDN 47 Ampenan Kota Mataram itu, dihadiri seluruh wali siswa kelas 1 hingga kelas VI, termasuk guru, Ketua Komite M. Kholili Zarwan dan mahasiswa PPL FTK UIN Mataram.
Seminar itu mendapat pujian dari Ketua Komite Sekolah M Kholili Zarwan yang mewakili anggota komite saat itu.
Dalam sambutannya, Kholili ucap bahagia dan bangga bisa meghadirkan Dosen UIN Mataram Chae Khairil Anwar selaku narasumber parenting kala itu.
“semoga hal ini menjadi ilmu baru bagi para wali siswa,” ujarnya.
Sementara kepala Sekolah SDN 47 Khairani, S.Ag mengatakan, kegiatan itu dimaksudkan sebagai upaya menjalin silaturrahmi dan sinergitas atau kolaborasi degan masyarakat.
Ia mengatakan, sekolah tentu tidak kuat bila bergerak sendiri. Terlebih situasi sosial masyarakat sekitar SDN 47 Ampenan dekat dengan pantai, dan orang tua anak-anak banyak yang bekerja sebagai buruh dan nelayan, pastinya memiliki ragam karakteristik orang tua dan anak.
Maka, Ia memiliki ide untuk menyelenggarakan kegiatan parenting yang Rani sapaan akrab Kepala Sekolah SDN 47 anggap penting untuk orang tua siswa dengan harapan dapat bermanfaat bagi anak dan sekolah nantinya.
“Alhamdulillah, berkat kerjasama para pihak terutama mahasiswa PPL FTK UIN Mataram, kami dapat menghadirkan narasumber yang ahli pada bidangnya,” kata Rani.
Pantauan radarntb.com, nampak aura riuh dan semangat para orang tua siswa, bermula dari paparan narasumber Chae Khairil Anwar memutarkan video proses pembuahan, kehamilan, hingga kelahiran anak dari Rahim ibu.
Peserta banyak yang meneteskan air mata, seolah hanyut kedalam video yang ditayangkan Chae.
Kendati demikian, dengan perlahan, Chae berusaha membalikkan situasi dengan menghadirkan tawa, akhirnya semangat peserta kembali pulih dan tambah fokus mengikuti kegiatan.
Menurut Kandidat Doktor yan meneliti tentang Pola Asuh Ayah pada Keluarga Tanpa Ibu : Studi pada Keluarga Migran Indonesia itu, pengasuhan bermula dari bagaimana peran ayah yang menjadi penanggung jawab kehidupan isteri dan anak.
Ia mencontohkan, bila ayah kuat dan bertanggungjawab maka pengasuhan akan berdampak positif, demikian pula sebaliknya bila ayah lemah maka pengasuhan akan terganggu termasuk akan terganggu tumbuh kembang anak.
Dalam paparannya, pengasuhan dapat dimulai sedini mungkin, mulai dari fase pra kelahiran saat terjadinya kehamilan hingga melahirkan.
Berikutnya fase menyusui yang dimulai pada dua minggu pertama bayi hingga dua tahun. Berikutnya fase kanak-kanak (pra sekolah). Dilanjutkan dengan fase kanak-kanak pertengahan (usia 6-8 tahun). Selanjutnya fase anak-anak akhir, terus fase remaja, dilanjutkan fase muda hingga fase dewasa.
“seluruh fase tersebut dibutuhkan sosok ayah dan ibu dengan pola pengasuhan positif yang bercirikan dengan penuh kasih sayang, penghargaan, ketulusan, perhatian dan kedamaian yang diciptakan oleh kedua orangtuanya,” jelas Chae.
Nampak Pak Chae terlihat lihai mengendalikan emosi peserta, saat yang berbeda membuat menangis, di saat yang berbeda pula membuat mereka terpukau dengan gaya dan kekhasannya di depan ibu dan bapak yang pada umumnya sebagai buruh dan nelayan.
Meski waktu menunjukkan 12.40 siang, peserta tidak terlihat jenuh, sebab pada satu sisi, Chae mengungkapkan dan memberi contoh pada peserta tentang pentingnya ayah dan ibu menunjukkan romantisme di depan anak-anak.
“bila ayah dan ibu romantis dan penuh dengan cinta, maka anak pun akan tumbuh menjadi pribadi hebat dan pencinta, demikian sebaliknya bila ayah dan ibu mempertontonkan kekerasan di depan anak, maka hal tersebut juga dapat membuat anak menjadi stress, malas, pemurung, bahkan dapat menyakiti diri dan orang lain,” kata Chae.
Pada akhir sesi, Chae memberi dukungan tentang bagaiman peran utama ASI bagi anak yang baru lahir hingga dua tahun masa menyusui.
“bila ASI yang diterima anak utuh, maka akan berpotensi mejadikan anak hebat. Ia menyebut potensi makan ikan harus digalakkan di keluarga nelayan, ikan yang didapat tidak semata untuk dijual namun dinikmati anak dan isteri,” terangnya.
Intinya, lanjut pemateri yang berprofesi sebagai dosen Prodi PIAUD dan juga sebagai presenter di TVRI NTB ini, semua tergantung pada tanggungjawab dan pola pengasuhan ayah dalam keluarga.
“posisi ayah sebagai suami menentukan seluruh siklus kehidupan keluarga nantinya,” tutupnya sembari sesekali waktu memberi hadiah kepada peserta yang hadir