google-site-verification=ifJPc0uzRA4Y4Fdt8VWeGvttPAD7V18nkgstdtOyxms Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah

Tradisi Besoq Atau Cuci Gong di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah

  • Bagikan
Tradisi Besoq Atau Cuci Gong di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah
Tradisi Besoq Atau Cuci Gong di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah

LOMBOK TENGAH radarntb.com – Warga gelar acara tradisi Besoq Gong atau Cuci Gong di Desa Wisata Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (29/8/2023) lalu.

Tradisi besoq gong ini digelar sebagai salah satu rangkaian acara Festival Budaya di Desa Wisata Bonjeruk dalam rangka HUT ke-166.

Besoq Gong atau mencuci Gong (salah satu alat gamelan/red) ini tujuannya adalah untuk menyucikan alat musik pukul dengan maksud agar gong tidak mudah rusak atau supaya awet.

Tempat Besoq Gong atau mencuci Gong ini khusus, pada sumur berukuran besar yang diyakini warga dapat membuat Gong tersebut awet dan memiliki suara nyaring.

Sumur tempat pencucian Gong di Bonjeruk ini bernama Bun Mertak, sebuah sumur kuno yang sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda.

Bun Mertak sendiri dalam bahasa desa setempat mengandung arti mata air.

Didalam sumur Bun Mertak ini terdapat sumber mata air yang diyakini warga sudah ada sejak jaman kuno dan tidak pernah kering meski pada musim kemarau berkepanjangan sekalipun.

Selain itu, sumur Bun Mertak ini dikelilingi oleh dua buah pohon Beringin tua yang diyakini warga sudah ada sejak zaman purbakala.

Untuk mengawali ritual Besoq Gong atau memandikan Gong ini, pertama-tama warga Bonjeruk berkumpul di Pasar Bambu melakukan pementasan Gendang Beleq sembari mempersiapkan berbagai keperluan ritual berupa sesaji dan lainnya.

Diiringi irama Gendang Beleq, warga memulai prosesi ritual tersebut, dengan berjalan kaki membawa seserahan atau sesaji seperti Pesaji, Penamat, dan Selawat berupa kepeng bolong (uang bolong) menuju Bun Mertak, sebuah sumber mata air kuno yang dikelilingi oleh dua pohon beringin purba.

Sesampainya di Bun Mertak, pemangku adat memimpin ritual dengan memantrai air terlebih dahulu.

Setelah itu, pemangku adat akan memandikan seekor ayam putih dan sebilah keris yang artinya untuk mencari kesucian dan ketenangan serta keselamatan bagi sang pemain Gong itu.

Selain itu, tindakan ini memiliki makna simbolis dalam membersihkan dan menyucikan budaya serta menerima berkah yang mengalir melalui air suci.

Kemudian, barisan pemain Gendang Beleq mengelilingi kedua pohon beringin tersebut sebanyak sembilan kali sambil terus menabuh gendang dan gong.

Hal ini melambangkan keharmonisan dan kekuatan budaya yang terus hidup dan berkembang seiring berjalannya waktu.

Setelah berkeliling, proses pembersihan berbagai alat musik tradisional tersebut dimulai.

Kardian atau yang di panggil Amaq Redet, Pemangku adat desa setempat menjelaskan bahwa Festival Budaya Bonjeruk memiliki tujuan utama untuk melestarikan dan menyucikan budaya serta memperkenalkan keindahan Desa Wisata Bonjeruk kepada masyarakat luas.

Selain itu juga, ritual ini bertujuan untuk memperkenalkan keunikan budaya Bonjeruk dan memperkuat rasa persatuan di antara masyarakat.

Kardian mengatakan, tradisi Besoq Gong yang digelar di Desa wisata Bonjeruk ini merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.

“melalui festival ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya yang kaya di Lombok Tengah,” ungkap Kardian, Sabtu (2/9/2023).

Selain ritual Besoq Gong, masyarakat Desa Bonjeruk juga menggelar Tari Peresean, Ritual Merangkat, Pertunjukan Wayang Kulit dan akan ditutup kegiatan Adventure Terabas menjelajah alam Desa Bonjeruk.

Bonjeruk Culture Festival sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Ulang Tahun Desa Bonjeruk yang ke-166 tahun.

SEJARAH DESA BONJERUK

Desa Bonjeruk memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dan merupakan salah satu desa tertua di Pulau Lombok.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, Desa Bonjeruk bahkan menjadi pusat pemerintahan Belanda dengan status distrik untuk wilayah Jonggat dan sekitarnya.

Bukti dari masa lalu yang mengesankan ini dapat ditemukan dalam sisa-sisa bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang tersebar di sekitar desa.

Salah satunya adalah Gedeng Beleq, yang merupakan bangunan megah yang masih berdiri tegak hingga saat ini.

Gedeng Beleq menjadi saksi bisu dari masa ketika desa ini menjadi pusat administrasi Belanda.

Keberadaannya menjadi bukti tak tergoyahkan dari warisan sejarah yang dimiliki Desa Bonjeruk.

Sebagai bagian dari Festival Budaya Bonjeruk, para pengunjung dan peserta festival juga dapat menjelajahi Gedeng Beleq dan menikmati keindahan serta keunikan arsitektur Belanda yang masih terjaga dengan baik.

Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengenal lebih dalam sejarah dan budaya yang melingkupi Desa Bonjeruk.

Dengan menggabungkan tradisi kuno, keberagaman budaya, dan warisan sejarah Belanda yang masih terjaga, Bonjeruk Culture Festival menjadi perayaan yang luar biasa dan menarik bagi semua orang.

Festival ini tidak hanya menghormati warisan budaya lokal, tetapi juga merayakan perjalanan panjang Desa Bonjeruk dan perannya dalam sejarah Pulau Lombok.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *