MATARAM, radarntb.com – Kerjasama Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (Ditjenkesmas) dengan Strengthening of Primary Healthcare In Indonesia (SOPHI) dan Balai Pelatihan Kesehatan Masyarakat (Bapelkes) MAtaram Kemenkes RI sukeses dalam menyelenggarakan Pelatihan Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Asma di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) bagi Tenaga Kesehatan (Nakes) di Nusa Tenggara Barat (NTB), 30 peserta lulus semua.
Pelatihan yang berlangsung selama lima hari, mulai tanggal 4 hingga 8 November 2024 di Hotel Mataram Square ini ditutup dengan ucapan syukur oleh panitia dan peserta, tak terkecuali Kepala Bapelkes Mataram Ali Wardana selaku penyelenggara.
“Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil Alamin, Pelatihan Pengendalian Penyakit Paru Obstruktifkronik (PPOK) Dan Asma Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Tahun 2024 yang dilaksanakan secara Klasikal, saya Tutup dengan resmi, semoga Allah SWT meridhoi upaya/ikhtiar kita bersama,” ucap Ali Warda, saat menyampaikan sambutannya dalam acara penutupan pelatihan tersebut, Jum’at (8/11/2024).
Kepala Bapelkes Mataram Kemenkes Ri menjelaskan, pelatihan ini terselenggara atas kerjasama Bapelkes Mataram dengan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (Ditjen Kesmas) Kemenkes RI, yang didanai oleh Strengthening of Primary Healthcare In Indonesia (SOPHI).
Ia sangat berterimasaih sekali kepada Ditjen Kesmas dan SOPHI karena telah mendukung penuh pelatihan ini sehingga dapat meningkatakan kemampuan tenaga kesehatan NTB dalam bidang pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
“Saya ucapkan terima kasih kepada Dirjen Kesmas, SOPHI yang telah mendanai pealtihan ini, Kepala Dinkes Provinsi NTB, para fasilitator, Pengendali Pelatihan, Panitia dan peserta, atas partisipasi, kerjasama, dukungan, dan semangatnya, sehingga pelatihan ini terselenggara dengan baik,” ucapnya lagi.
Selebihnya Ali Wardana berpesan kepada peserta untuk dapat mengaplikasikan dan mereplikasi hasil pelatihan ini kepada semua orang, terlebih saat memberikan edukasi kepada msayarakat, guru, kader dan lainnya.
“Gunakan kesempatan ini untuk berbagi ilmu pengetahuan sebanyak mungkin atau mengaplikasikan hasil pelatihan ini, guna kelancaran tugas dalam menerapkan program Pengendalian Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dan ASMA di masyarakat,” ajaknya.
Ditegaskan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di FKTP dalam mendeteksi, mendiagnosis, dan mengelola kasus PPOK dan Asma secara tepat. Dengan demikian, diharapkan kualitas pelayanan kesehatan paru di NTB meningkat.
Salah satu fokus utama pelatihan ini adalah pencegahan. Peserta diberikan pemahaman mengenai faktor resiko PPOK dan Asma, serta strategi pencegahan yang efektif. Selain itu, peserta juga dilatih untuk melakukan deteksi dini melalui skrining sederhana.
“Dengan terselenggaranya pelatihan ini, diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat PPOK dan Asma di NTB. Selain itu, pelatihan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita PPOK dan Asma, serta mengurangi beban ekonomi yang ditimbulkan oleh kedua penyakit tersebut di NTB,” pungkasnya.