PRAYA radarntb.com – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTB sosialisasi Kenduri (Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri) sebagai upaya mencegah masuknya paham radikalisme dan terorisme di wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Sosialisasi dengan tema Kenduri Untuk Mewujudkan Desa Siaga Dengan Resiliensi, Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTB dan BNPT Tahun 2024 dilaksanakan di sekretariat Lingkungan Kampung Jawa Praya, Rabu, 23/1024.
Ketua FKPT NTB, H Ruslan Abdul Gani, SH, M.H menyatakan, Kenduri dapat menciptakan desa damai dan dapat mencegah masuknya paham radikalisme dan terorisme.
’Hati-hati terhadap paham radikalisme dan terorisme. Mari kita semua peduli, dimulai dari diri dan lingkungan sendiri,’’ ajak Ruslan.
Menurutnya, tidak ada daerah manapun yang dapat menjamin bahwa suatu daerah bebas dari paham radikal dan terorisme. Oleh karena itu semua harus hati hati, termasuk di daerah NTB.
’Sehingga semua harus peduli, Jika ada orang baru di sekitar kita harus tahu. Apalagi mencurigakan, seperti daerah kita, beberapa waktu lalu tiba-tiba ada yang ditangkap,’’ ungkapnya.
Apalagi, lanjutnya, saat ini sejalan dengan perkembangan teknologi, yang mempercepat arus informasi menjadi tantangan tersendiri bagi penegak hukum dalam menanggulangi kejahatan radikalisme dan terorisme di dunia maya.
‘’Dengan perkembangan zaman dan teknologi, maka berkembang pula modus operandi sebuah kejahatan, termasuk dalam hal ini kejahatan terorisme yang memanfaatkan teknologi informasi yang berbasis jaringan internet,’’ jelasnya.
Kelompok teroris dalam banyak hal sangat diuntungkan dengan hadirnya produk teknologi berbasis jaringan internet untuk kepentingan rekrutmen anggota, media propaganda, pendidikan pelatihan, dan pembinaan jaringan mereka.
Informasi berbasis jaringan internet dan hadirnya revolusi teknologi semakin membantu kelompok teroris dalam peningkatan jaringan dan propaganda paham yang mereka usung.
Begitu juga dengan media sosial dan media massa yang membuat penyebaran praktik kekerasan berupa paham radikal terorisme makin meluas, apalagi mulai ditunggangi kepentingan ormas tertentu, peran media sosial menjadi penting dalam menyajikan peristiwa kehadapan publik yang majemuk.
Ruslan juga menjelaskan, berdasarkan Global Terorism Index (GTI), Indonesia termasuk ke dalam negara kategori tinggi yang terdampak terorisme.
Pada tahun 2019, Indonesia menempati urutan ke-35 dari 135 negara dengan indeks 4,6 (Institute for Economics and Peace, 2020).
Ditambah lagi, selama pandemi Covid-19 berlangsung, terdapat kenaikan 101 persen transaksi keuangan mencurigakan (BNPT, 2021).
Selain itu, masifnya penggunaan internet saat ini turut menjadi tantangan tersendiri. Internet menjadi media yang memudahkan para teroris mendoktrin generasi muda.
Atas kondisi tersebut, maka diperlukan memberikan wawasan tentang pencegahan paham radikal terorisme kepada masyarakat. Pendekatan lunak dalam pencegahan paham radikal terorisme termasuk dalam strategi penanggulangan terorisme yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
Melalui penguatan nilai-nilai toleransi dan kearifan lokal pada suatu daerah merupakan langkah yang efektif dalam pencegahan paham radikal terorisme, melalui Kegiatan Kenduri.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran Kegiatan Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri (KENDURI) “KENDURI Untuk Wujudkan Desa Siaga Dengan Resiliensi” Dalam Pencegahan Paham Radikal Terorisme Melalui FKPT tahun 2024.
Kegiatan ini dihadiri 100 peserta yang terdiri dari aparatur Kecamatan, Desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa, Kader PKK, majelis ta’lim, RT/RW, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang ada di Lombok Tengah.
Melalui kegiatan ini terhimpun saran masukan dari aparatur desa setempat dalam rangka mereduksi paham radikalisme dan terorisme serta tersosialisasikannya pencegahan paham radikal terorisme oleh masyarakat melalui media sosial.
Dalam acara Kenduri ini juga diisi nara sumber Nasional diantaranya dari BNPT diwakili Kepala Seksi Pengawasan Jaringan, Edi Bisma Putra Mahendra dan Swastika Nohara, praktisi film dan akademisi.
Inti materi yang diberikan para nara sumber nasional adalah semua pihak harus menjaga persatuan dan kesatuan serta menjaga semangat toleransi antar sesama.
Jangan sampai karena adanya perbedaan suku, agama dan asal lantas terpecah belah. Dalam situasi dan kondisi apapun rasa nasionalisme tetap dijaga.