LOMBOK UTARA Radarntb.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kabupaten Lombok Utara (KLU) dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KLU dan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tengah melakukan finalisasi menyusun draf rencana kontingensi (Renkon) Bencana Gempa dan Tsunami di KLU.
Kegiatan tersebut rampung setelah disusun dari beberapa bulan yang lalu, melibatkan berbagai stakeholders terkait seperti Bandan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Mataram, tokoh pemuda, tokoh adat, kepala desa, kepala dusun, hingga masyarakat setempat.
Kegiatan finalisasi renkon bencana gempa dan tsunami itu dilaksanakan di Hotel Mina, Tanjung, pada Selasa (27/6/2023).
Mewakili Kepala Pelaksana BPBD KLU M. Zaldy Rahadian, Sekertaris BPBD KLU I Nyoman Juliada menjelaskan, dari 14 ancaman potensi bencana yang ada di Indonesia, 11 di antaranya berpotensi mengancam Lombok Utara. Salah satunya potensi bencana gempa yang dapat mengakibatkan tsunami.
Oleh sebab itu, penyusunan renkon yang nantinya dapat dijadikan petunjuk atau prosedur standar dalam penanganan pasca bencana mutlak dibutuhkan.
“Dari 14 ancaman bancana di Indonesia, 11 ancaman berpotensi di KLU. Semuanya ada renkonnya, tapi yang sekarang kita susun ini khusus untuk bencana gempa dan tsunami dulu,” jelas Juliada, ditemui di sela-sela kegiatan.
Menurutnya, penyusunan draf renkon ini berdasarkan pada SOP-SOP penanganan bencana sebelumnya, dan ini akan tetap direvisi sesuai kebutuhan pasca terjadi bencana.
Lanjut Juliada, penanganan setiap bencana tidak selalu sama meski jenis bencananya sama, selalu ada unsur berbeda dalam setiap bencana, sehingga renkon yang dibuat saat ini pun nantinya akan dievaluasi kembali jika terjadi bencana gempa.
“Penanganan gempa yang dilakukan itu berdasarkan SOP-SOP yang dibuat sebelumnya. Tapi jika terjadi gempa lagi renkon akan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan saat bencana terjadi. Tentu saja kita sama-sama berdoa agar tidak terjadi,” urainya.
Setelah finalisasi draf renkon ini dilakukan, tim penyusun renkon tersebut akan melakukan sosialisasi ke masyarakat termasuk sekolah-sekolah untuk memberitahukan kepada masyarakat seperti apa prosedur yang harus dilakukan ketika terjadi bencana gempa dan tsunami.
Selain itu kata Juliada, juga akan dilakukan simulasi berdasarkan perhitungan-perhitungan potensi bencana yang telah dilakukan.
“Nanti kita sosialisasikan hasil renkon ini ke masyarakat, supaya jelas nanti siapa berbuat apa, ketika terjadi bencana. Dalam waktu dekat kami akan lakukan simulasi juga,” pungkasnya.
Pengamat Meteorologi dari BMKG Stasiun Geofisika Mataram Rizqa Adhary menyebutkan, ada beberapa titik patahan yang berpotensi mengakibatkan gempa bumi di NTB, begitu juga dengan Lombok Utara.
Disebutkannya, patahan atau sesar utara Lombok, yang juga menjadi episentrum gempa 7,0 SR di Lombok 2018 lalu, masih menjadi potensi paling memungkinkan terjadinya gempa bumi.
Selain itu ada juga sesar atau patahan selatan Lombok, yang juga berpotensi mengakibatkan gempa bumi.
“Renkon ini dibuat agar kita bisa mengambil tindakan. Apa yang kami lakukan, pemetaan potensi, prediksi, pergitungan, dan sebagainya tidak mesti dicemaskan. Hingga saat ini tidak ada yang berani memastikan kapan, di mana, dan sebesar apa gempa bumi yang akan terjadi,” jelas Rizqa.
Sejauh ini, menurut Rizqa, BMKG sendiri telah melakukan berbagai upaya mitigasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, termasuk menggelar kegiatan mitigasi di sekolah-sekolah, agar generasi muda lebih siaga terhadap bencana.
“Kami juga intens melakukan kegiatan mitigasi di sekolah-sekolah. Ini penting agar generasi muda lebih siap menghadapi bencana,” Pungkasnya.
Kegiatan yang didanai World Bank melalui program IDRIP tersebut, dibuka oleh Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter Febrianto Ridawan, dan dihadiri oleh perwakilan Polres Lombok Utara, Kodim 1606 Lobar, dan berbagai undangan lainnya. (Ten*)