MATARAM radarntb.com – Ternyata seperti ini Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Mataram Kemenkes RI tingkatkan mutu pelatihan yang di handelnya.
Pembelajaran dilakukan secara full Klasical, dengan metode Ceramah, Tanya Jawab, Curah pendapat, Diskusi, Role Play dan Praktek Lapangan.
Pertama-tama, Bapelkes Mataram Kemenkes RI memberikan teori atau materi didalam ruangan selama beberapa hari.
Setelah itu, Bapelkes Mataram mengajak semua peserta turun kelapangan untuk mempraktikkan materi atau teori yang telah diterimanya selama beberapa hari di dalam ruangan.
Selain itu, pemateri atau pelatih terjun langsung mengawal peserta saat melakukan Peraktik Kerja Lapangan (PKL).
Seperti yang dilakukan Kepala Bapelkes Mataram Kemenkes RI H Ali Wardana saat memantau dan mengawal kegiatan Peraktik Kerja Lapangan Pelatihan Entomologi yang dilakukan peserta pelatihan yang berasal dari Dinkes Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) di Desa Mumbul Sari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat (Lobar), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pada hari Kamis 7 dan Jumat 8 September 2023.
Ali Wardana menjelaskan, ha ini dilakukan untuk melatih tenaga kesehatan (Nakes) profesional yang ada pada masing-masing Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Provinsi lain.
Selain itu, hal itu dilakukan juga untuk menyukseskan program kesehatan pemerintah pusat dan daerah yang telah dicanangkan.
Seperti halnya, peserta pelatihan Entomologi Malaria yang dilakukan dari dalam ruangan hingga ke lapangan seperti ini.
Peserta Pelatihan biasanya berasal dari Puskesmas dengan kriteria Petugas Malaria, Tenaga Surveilans atau Petugas Kesehatan Lingkungan.
Hal ini dilakuan guna menyukseskan program eliminasi Malaria yang dicanangkan pemerintah pusat hingga daerah dapat terlaksana dengan baik.
Sebagai contoh, pada pelatihan Entomologi Malaria ini, tujuannya adalah, setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan survei entomologi malaria di wilayah kerja masing-masing sesuai dengan kewenangannya.
Sementara tujuan khususnya yakni, setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan pengumpulan dan pengolahan data entomologi malaria.
Kemudian peserta mampu melakukan Identifikasi dan Pengamatan vektor malaria, berikutnya peserta mampu melakukan Penanggulangan vektor malaria dan mampu melakukan evaluasi hasil penanggulangan vektor malaria.
“salah satu materi inti dari pelatihan ini adalah survey vector nyamuk malaria dengan melakukan praktik di lapangan yaitu Survey Nyamuk Dewasa pada malam hari dan survey jentik nyamuk pada pagi atau siang hari,” jelas Ali.
Sebagai tambahan informasi, saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) survey Nyamuk anopheles tersebut peserta diminta menangkap nyamuk di daerah yang ada kasus Malarianya dengan cara:
a. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang (human-bait).
b. Penangkapan nyamuk disekitar ternak pada malam hari.
c. Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding rumah pada malam hari.
d. Penangkapan nyamuk pada pagi hari di alam luar.
Selanjutnya Survey Jentik, peserta diminta turun ke Kali dan mencari genangan-genangan air sebagai tempat nyamuk berkembang biak.
Hal ini tujuannya untuk:
a. Mengetahui perilaku berkembang biak.-
b. Inventarisasi tempat perindukan atau tempat berkembang biak nyamuk yang sangat dipergunakan dalam melakukan upaya tindakan anti larva.
“Survey dilakukan dengan menggunakan alat cidukan jentik. Kepadatan dapat dihitung untuk tiap ciduk atau tiap 10 ciduk tergantung keperluan. Banyaknya cidukan disesuaikan dengan luasnya tempat perindukan serta penyebaran jentik. Dalam survey ini perlu dicatat luas tempat perindukan, flora dan fauna yang ada, baik yang ada di dalam tempat perindukan maupun di sekitarnya,” terang Ali.
Begitu juga dengan pelatihan-pelatihan lainnya Pembelajaran dilakukan secara full Klasical, dengan metode Ceramah, Tanya Jawab, Curah pendapat, Diskusi, Role play dan Praktek Lapangan.
Peserta Pelatihan biasanya berasal dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan, dengan kriteria Dokter, Bidan, Farmasi, Kesling, Gizi, Promkes, Analis Kesehatan, surveilans atau petugas kesehatan lainnya.