LOMBOK TENGAH, radarntb.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar Capacity Building penanggulangan stunting berbasis perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan ini bertempat di Kantor Desa Semparu, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah, Rabu, 31/7/24.
Acara ini dihadiri oleh Camat Kopang, Kepala Desa se-Kecamatan Kopang, UMKM dan kader-kader kesehatan dari Puskesmas di Kecamatan Kopang.
Koordinator Bidang PKPT Dasat BRIN, Sudarmin, ST., M. Eng pada sambutannya menyampaikan, BRIN dan BRIDA NTB bekerjasama melakukan riset untuk menggali potensi dan permasalahan di suatu daerah.
Sudarmin tidak menginginkan hasil riset tidak berakhir menjadi tulisan diatas buku yang hanya jadi pajangan.
Melainkan, hasil dari sebuah riset itu agar bisa di terapkan atau di implementasikan kepada masyarakat luas secara umum.
“Kami mempunyai misi riset riset itu tidak berakhir jadi tulisan. Jadi, bagaimana hasil hasil riset itu bisa dimanfaatkan diseluruh kalangan masyarakat sampai level terendah, dari desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi maupun industri juga,” kata Sudarmin.
Dikatakan Sudarmin, BRIN dan BRIDA NTB memiliki nota kesepakatan selama lima tahun untuk menjalani program-program di Nusa Tenggara Barat.
Salah satu program tersebut yakni penanggulangan stunting berbasis perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.
“BRIN akan bersinergi dengan BRIDA selama 5 tahun, salah satunya menanggulangi stunting dengan merubah perilaku masyarakat dengan mendatangkan ahli dibidang stunting dan pemberdayaan bahan baku lokal,” tuturnya.
Diharapkan Sudarmin, melalui kegiatan Capacity Building atau peningkatan kapasitas ini pengetahuan dan wawasan peserta terkait tentang penanganan stunting meningkat sehingga disampaikan juga ke masyarakat.
Ia juga menekankan agar UMKM yang menghadiri kegiatan tersebut untuk bisa mengolah makanan berbasis komoditas lokal menjadi makanan yang mempunyai gizi tinggi.
“Untuk UMKM diharapkan bisa memproduksi makanan makanan yang nilai gizinya tinggi yang bisa mencegah stunting,” sebutnya.
Kepala BRIDA NTB, L. Suriadi S menyatakan, stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang.
Dikatakan Suriadi, Nusa Tenggara Barat termasuk lima besar Provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia pada tahun 2022.
Berdasarkan data survei status gizi nasional (SSGI), prevalensi stunting tahun 2022 di Nusa Tenggara Barat sebesar 32,7 persen. Namun, melalui survei kesehatan Indonesia (Ski) menurun 8,1 persen menjadi 24,6 persen di tahun 2023.
Sejauhnya dikatakan Suriadi, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat berhasil menurunkan angka stunting setelah melakukan upaya-upaya seperti menetapkan peraturan Gubernur tentang percepatan penurunan angka stunting terintegrasi, dan akan di tindak lanjuti dengan peraturan Bupati tentang diseminasi keluarga beresiko stunting.
Kemudian mengoptimalisasi revitalisasi posyandu konvensional menjadi posyandu keluarga.
Selanjutnya peningkatan kualitas data E-PPGBM (By name by addres). Penguatan gerakan bhakti stunting terpadu dengan gerakan Jumat salam.
Lalu pembentukan kampung keluarga berkualitas (BKKBN). Program pendampingan keluarga oleh tenaga pendamping keluarga/TPK (BKKBN),
“Dan peningkatan capaian pilar STBM,” terangnya.
Sementara itu, Camat Kopang, Lalu Khalik ucap terimakasih sekaligus mengapresiasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
Menurut dia, kegiatan Capacity Building penanggulangan stunting berbasis perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat ini sangat bermanfaat bagi masyarakatnya.
Oleh sebab itu, dengan adanya pelatihan ini angka stunting di kecamatan Kopang ia harapkan semakin menurun.
“Saya ucapkan terimakasih atas pertemuan ini yang tentunya membawa manfaat yang luar biasa di masyarakat kami,” ujar Lalu Khalik.