google-site-verification=ifJPc0uzRA4Y4Fdt8VWeGvttPAD7V18nkgstdtOyxms Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Bersama Amman Jaga Kawasan Konservasi di Gili Balu - Radar NTB

Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Bersama Amman Jaga Kawasan Konservasi di Gili Balu

  • Bagikan
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Muslim (kanan) saat berada di Pulau Namo, yang merupakan lokasi pembibitan mangrove di Gili Balu, Kabupaten Sumbawa Barat.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Muslim (kanan) saat berada di Pulau Namo, yang merupakan lokasi pembibitan mangrove di Gili Balu, Kabupaten Sumbawa Barat.

MATARAM, radarntb.com-Sebagai kawasan konservasi, pelestarian sumber daya dan ekosistem perairan di Gili Balu, Kabupaten Sumbawa Barat, dilakukan secara kolaborasi. Dengan melibatkan Pemprov NTB, PT Amman Mineral Nusa Tenggara Barat (Amman), serta sejumlah kelompok masyarakat.

Seperti diketahui, kawasan Gili Balu ditetapkan sebagai wilayah konservasi, melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2008. “Kami ada perjanjian kerja sama dengan DKP. Untuk tahap awal ini akan berjalan hingga 2027,” Manager Community Development Amman Dimas Purnama.

Dimas menerangkan, kerja sama tersebut merupakan sinergi baik. Ikhtiar untuk menjaga kawasan konservasi Gili Balu melalui kegiatan konservasi.

Amman juga memastikan ada elemen pariwisata berkelanjutan. Sehingga bisa memberikan nilai tambah ekonomi maupun sosial kepada masyarakat.

Ada lima poin kegiatan dalam upaya konservasi yang dilakukan Amman bersama DKP. Antara lain, kegiatan pemantauan habitat dan populasi ikan, perlindungan dan rehabilitasi ekosistem perairan Gili Balu, peningkatan kapasitas SDM.

Kemudian, penyediaan dan pemeliharaan sarpras pengelolaan kawasan. Terakhir, peningkatan pelayanan pemanfaatan kawasan untuk pariwisata dan perikanan berkelanjutan.

“Objek utama kita ada lamun, mangrove, dan terumbu karang. Ini yang berkaitan dengan konservasinya,” ujarnya.

Untuk peningkatan kapasitas SDM, Amman telah melakukan sejumlah upaya melalui bimtek dan pelatihan. Sasarannya pemuda dan perempuan di seputar kawasan Gili Balu.

Dengan upaya tersebut, membuat masyarakat bisa melakukan konservasi secara mandiri. Masyarakat juga bisa berusaha memanfaatkan daya dukung laut  dengan berpegang pada pola lestari.

“Ada pelatihan khusus juga untuk sektor UMKM. Itu sebelumnya kita identifikasi, dari daya dukung alam ini, apa yang bisa dibikin. Harapannya, produk yang dihasilkan bisa jadi suvenir atau keunikan dari Poto Tano,” jelasnya.

Kegiatan konservasi juga melibatkan Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSDPL) Institut Pertanian Bogor (IPB).

Dimas menerangkan, sebelum menelurkan lima poin utama kegiatan konservasi, Amman melakukan forensik assesment dan studi kelayakan. Sebagai data awal dan pijakan dalam kegiatan konservasi.

“Misalkan terumbu karang, dilihat kondisi kesehatannya seperti apa, pola konservasinya bagaimana. Kemudian, mangrove, kalau orang awam melihat mungkin mangrove itu sama saja, tapi ternyata setelah survei, kondisi mangrovenya nggak sehat, jadi dikonsep pola rehabilitasinya seperti apa. Termasuk identifikasi jenis mangrove,” bebernya.

Hasil assesment menunjukkan kondisi bervariasi. Di beberapa titik, terdapat mangrove maupun terumbu karang yang harus direhabilitasi. Namun, tak sedikit juga kondisinya yang masih terjaga.

Meski demikian, kata Dimas, Amman maupun DKP NTB sampai pada fase untuk menjaga dan merehabilitasi ekosistem perairan dan laut di kawasan Gili Balu.

“Kita harus memikirkan dan bertindak untuk menjaga dan merehabilitasi,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala DKP NTB Muslim mengapresiasi upaya konservasi yang dilakukan Amman di kawasan Gili Balu. “Sejauh ini sudah berjalan cukup baik,” katanya.

Hanya saja, Muslim menilai Amman perlu melakukan penguatan pada program-program yang bersifat jangka pendek. Salah satunya mengenai dampak ekonominya.

Menurut Muslim, upaya konservasi bersifat jangka panjang. Manfaatnya baru terasa dalam hitungan tahun. Sementara, masyarakat membutuhkan pendampingan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang bisa dirasakan manfaatnya dalam jangka pendek.

“Masyarakat kan butuh makan juga. Jadi itu yang harus dipikirkan Amman, bagaimana dari kegiatan itu ada manfaat ekonomi yang cepat dirasakan masyarakat,” tandasnya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *