MATARAM – Menyikapi maraknya berbagai kasus Bullying / Perundungan dan kekerasan terhadap anak yang viral akhir-akhir ini, SDN 33 Mataram gandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram menggelar Sosialisasi Perenting “Gerakan Anti Bullying dan Perundungan (GELANG)” bertajuk Sayangi Teman Tampa Kekerasan, Rabu (18/6/2025).
Sosialisasi tersebut dihadiri oleh peserta dari unsur peserta didik kelas rendah 1 dan 2 beserta orang tua wali murid dan menghadirkan Narasumber Kapala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA DP3A) Kota Mataram.
Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan pemahaman terhadap peserta didik mengenai bullying dan dampak perilakunya bagi pelaku maupun korban.
Kepala SDN 33 Mataram Samsul Huda dalam sambutannya mengatakan mendidik anak tidak bisa serta merta hanya dibebankan kepada guru atau sekolah namun kita butuh kerjasama dari berbagai pihak, terutama peran serta dari orang tua.
“Waktu anak-anak di sekolah tidak banyak, sepenuhnya mereka lebih banyak berinteraksi di rumah dengan keluarganya dan teman-teman sebayanya, sehingga peran dari orang tua serta lingkungan rumah sangatlah penting untuk merubah perilaku dan karakter anak”, ujar Huda.
Huda juga mengingatkan kepada guru dan orang tua yang hadir agar mendidikan anak sesuai dengan kondisi saat ini. Maka semua tradisi kebiasaan lama yang tidak baik dan relevan dalam mendidik perlu diperbaharui sesuai perkembangan zaman.
“Ada istilah yang mengatakan “didiklah anakmu sesuai zamannya” artinya kita mendidik anak tidak bisa disamakan dengan zaman kita dulu, pendekatannya harus disesuaikan dengan kondisi saat ini”, jelasnya.
Sementara itu sebagai Narasumber, Kapala Bidang PPA DP3A Kota Mataram Maya Sarinita Amra menjelaskan bahwa tindakan bullying dan perundungan yang sering terjadi kepada anak-anak akhir-akhir ini kerap terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena kondisi psikologis, kurangnya perhatian dari orang tua, teman sebaya yang terpengaruh kriminalitas, kegagalan akademik di sekolah (tidak naik kelas), dan kekerasan di media seperti tontonan kekerasan perkelahian dan sebagainya.
“Luka emosional yang diakibatkan oleh bullying bisa membekas sepanjang masa dan ini kerap dianggap sepele oleh banyak orang, dan bahkan bisa menyebabkan anak berujung pada kasus bunuh diri dan itu terjadi pada anak kita berdasarkan data kasus yang masuk kepada kami”, ungkap Maya.
Dampak dari Bullying ujar Maya bisa beragam, korban mengalami berbagai hal diantaranya mengalami kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri merosot, malu, trauma, merasa sendiri, serba salah, takut sekolah, mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial hingga yang paling buruk mempunyai kecenderungan ingin bunuh diri.
Disamping itu, perilaku anak juga bisa disebabkan oleh penggunaan handpone secara serampangan dan berlebihan tampa edukasi yang baik dan pengawasan dari orang tua, terutama tontonan seksual, kekerasan dan sebagainya.
“Handpone juga sangat berbahaya ketika anak-anak terjerumus pada tontonan orang dewasa (pornografi) yang belum pantas ditonton oleh anak-anak dan itu sangat membahayakan pola pikir anak. Boleh saja anak kita diizinkan main HP asalkan diawasi dan dibarengi dengan melakukan satu kebaikan”, jelasnya.
Diakhir sesi ia juga memberikan tips dan cara jitu untuk guru dan orang tua agar anak-anak mau mendengarkan apa kata guru dan orang tuanya.
“Cara agar anak-anak kita mau mendengar maka berikan contoh keteladanan kepada mereka, jika ingin anak disiplin maka orang tua atau guru harus disiplin, jika ingin anak berahlak dan taat beribadah maka orang tua atau guru harus lebih dulu rajin dan taat beribadah dan mencontohkan akhlak yang baik kepada anak. Jika itu dilakukan maka anak-anak tidak punya alasan untuk tidak mengikuti atau meniru orang tua atau gurunya”, pungkasnya. (Red)