MATARAM radarntb.com – Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Mataram Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) jadi yang pertama gelar pelatihan pengendalian gangguan penglihatan kurikulum terbaru di Indonesia.
Nama kurikulum baru di Indonesia yang digelar oleh Bapelkes Mataram ini yakni, “Pelatihan Pengendalian Gangguan Penglihatan Bagi Dokter dan Perawat”.
Pelatihan pengendalian gangguan penglihatan ini Pertama di Indonesia dengan kurikulum terbaru dan sudah disahkan Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Dirjen Tenaga Kesehatan RI.
Selain itu kurikulum tersebut sudah terdaftar dalam aplikasi SIAKPEL (Sistem Informasi Akreditasi Pelatihan) Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan RI.
“pelatihan pengendalian gangguan penglihatan ini pertama di Indonesia,” jelas Kepala Bapelkes Mataram Kemenkes RI H Ali Wardana usai menyampaikan materi dan menutup pelatihan pengendalian gangguan penglihatan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan dan The Fred Hollows Foundation (FHF), di Hotel Golden Palace, Mataram Sabtu (29/7/2023).
Dikatakan, kurikulum ini lahir di Nusa Tenggara Barat (NTB) dimana Bapelkes Mataram bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan The Fred Hollows Foundation (FHF) mengadakan serangkaian kegiatan dalam rangka membuat kurikulum ini.
Kepala Bapelkes Mataram ucap syukur atas terlaksananya kurikulum pelatihan pengendalian gangguan penglihatan ini.
Sebab Kurikulum tersebut telah diakui dan disahkan oleh Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Dirjen Tenaga kesehatan Republik Indonesia (RI).
“Alhamdulillah kurikulum pelatihan pengendalian gangguan penglihatan bagi dokter dan perawat sudah di akui dan di sahkan oleh Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Dirjen Tenaga kesehatan RI,” ucapnya.
“kita patut berbangga karna kurikulum ini sudah masuk di SIAKPEL (Sistem Informasi Akreditasi Pelatihan) yang ada di Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan,” imbuhnya.
Bapelkes Mataram bersama Dinas Kesehatan Provinsi NTB yang didukung Tim The Fred Hollws Fondation telah berproses cukup lama dalam membuat kurikulum ini.
“ini yang pertama di Indonesian, selanjutnya kurikulum ini akan dipakai secara Nasional,” terangnya.
Ali Wardana ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras dan mendukung semua proses pembuatan kurikulum ini.
Ia berharap, kedepannya NTB terbebas dari penyakit kebutaan serta pengendalian gangguan penglihatan dapat diatasi sedini mungkin.
“Saya berharap pelatihan ini berjalan dengan baik karna ini akan menjadi best praktis bagi Balai Pelatihan Kesehatan di Indonesia,” ujarnya.
Kedepan pemerintah daerah juga bisa menyiapkan anggaran untuk pelatihan ini, sebab menurut Ali, pelatihan ini penting dilakukan.
Gangguan penglihatan dan kebutaan ini merupakan masalah kesehatan masyarakat, baik di tingkat Nasional maupun Global,
Hal ini menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas hidup manusia, hingga menimbulkan kerugian ekonomi bagi Negara.
“tanpa intervensi khusus, diprediksi angka kebutaan akan terus meningkat setiap tahunnya,” jelas Ali.
“dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan disabilitas akibat gangguan penglihatan dan kebutaan, perlu dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian secara komprehensif yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 tahun 2020 tentang Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran” tambahnya.
Penyelenggaraan program pencegahan dan pengendalian gangguan penglihatan dan kebutaan, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang memadai, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
“untuk itu pelatihan ini sangat membantu dalam peningkatan kapasitas dokter dalam meningkatkan layanan gangguan penglihatan dan kebutaan,” tegasnya.
“mengingat terbatasnya jumlah dokter dalam pelayanan di FKTP, pelatihan ini juga diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas perawat yang akan dalam memberikan pelayanan kesehatan mata sebagai satu tim pelayanan dengan dokter,” pungkasnya.