OPINI – Di Desa Labuhan Burung, Kecamatan Buer, Kabupaten Sumbawa, terdapat hamparan pasir putih yang muncul di tengah laut saat air laut surut. Tempat ini dikenal dengan nama Takat Belanda, sebuah destinasi yang menyuguhkan keindahan yang menakjubkan di tengah birunya lautan.
Takat Belanda seharusnya memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata bahari unggulan di Sumbawa, namun realitanya menunjukkan hal yang sebaliknya, keindahan alam yang seolah di biarkan terbengkalai menjadi bukti nyata seolah pemerintah lebih memilih untuk menutup mata daripada bekerja untuk memperkenalkan kekayaan alam yang ada di daerahnya.
Pemerintah daerah selama ini hanya memberikan janji, akan mengembangkan sektor parawisata daerah. Namun ketika destinasi seperti Takat Belanda yang memiliki potensi yang sangat besar muncul, pemerintah seolah menutup mata, tidak ada langkah yang nyata, tidak ada promosi tidak ada akses,dan tidak ada fasilitas dasar.
Tersembunyinya destinasi seindah ini bukanlah sebuah kebetulam, tetapi bukti nyata gagalnya pemerintah daerah dalam mengelola kekayaan alam yang di miliki. Pemerintah daerah hanya sibuk mengerjakan proyek-proyek besar yang menguntungkan pihak pihak tertentu, sementara destinasi wisata seperti ini yang seharusnya berpeluang membantu perekonomian masyarakat setempat justru di abaikan,lalu untuk siapa sebenranya pemerintah daerah bekerja?
Padahal jika di lihat dari sektor perekonomi destinasi Takat Belanda berpeluang besar untuk membuka lapangan pekerjaan baru seperti, transportasi laut, kuliner, fotografi wisata, hingga usaha penginapan. Namun potensi tersebut seolah sia-sia karna pemerintah tidak mampu atau mungkin tidak mau menempatkan parawisata sebagai prioritas kebijakan.
Ketidak seriusan pemerintah dalam mempromosikan dan menyediakan akses ke takat belanda mencermikan mentalitas politik yang reaktif bukan visioner. Pemerintah hanya akan bergerak jika ada kepentigan politik, bukan karna kebutuhan masayarakat. Akibatnya destinasi seindah ini hanya di biarkan begitu saja tanpa adanya rancangan pengembangan dari pemerintah.
Takat Belanda merupakan bukti nyata dari abainya perhatian pemerintah terhadap sektor parawisata. Daerah yang begitu kaya potensi ini, justru miskin perhatian dari para pemimpinnya.
Jika pemerintah terus bergerak tanpa arah, tanpa keberaniaan mengambil keputusan, dan tanpa keberpihakan kepada rakyat, maka parawisata yang ada di sumbawa tidak akan pernah maju. Bukan karna ketidak sanggupan pemerintah, tetapi mereka memilih untuk tidak memprioritaskannya.
Sudah saatnya masyarakat menuntut kerja yang nyata dari pemerintah, sudah saatnya pemerintah melihat potensi wisata yang ada di daerahnya,sudah saatnya pemerintah berani mengambil keputusan yang dapat mensejatrakan masyarakatnya. Karna jika itu tidak terjadi wisata seperti Takat Belanda hanya akan terus menjadi keindahan yang terabaikan tersandra karna kelalaian pemerintah.

Nama: Resqi Fadilathul Jannah
Alamat: Desa Labuhan Burung, Kecamatan Buer, Kabupeten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Mahasiswi UIN Mataram Semester 3 jurusan komunikasi dan penyiaran Islam













