MATARAM radarntb.com – Sebanyak 30 Tenaga Kesehatan (Nakes) dari 3 Provinsi di Indonesia ikuti pelatihan angkatan 2 di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Mataram Kemenkes RI pada awal tahun 2024 ini.
Peserta yang mengikuti kegiatan ini merupakan pengelola program imunisasi Puskesmas yang berasal dari 3 Provinsi di Indonesia yakni Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pelatihan ini berlangsung secara blanded learning yang diadakan mulai tanggal .. hingga 7 Maret 2024.
Untuk kegiatan pelatihan secara online atau blanded dilaksanakan mulai tanggal 29 Februari hingga 2 Maret 2024 melalui aplikasi zoom.
Sedangkan pelatihan secara klasikal dilaksanakan di Hotel Jayakarta, Lombok Barat, NTB, mulai tanggal 5 hingga 7 Maret 2024.
Para peserta yang mengikuti pelatihan ini terdiri dari Bidan dan Perawat yang bekerja sebagai Pengelola program Imunisasi di Puskesmas.
Pelatihan ini resmi dibuka oleh Direktur Peningkatan (Dirkat) Mutu Tenaga Kesehatan (Nakes) Kemenkes RI Lupi Trilaksono, S.F, M.M, Apt. secara daring melalui aplikasi zoom pada tanggal 29 Februari 2024 lalu.
Kemudian ditutup oleh Kepala Bapelkes Mataram Kemenkes RI Ali Wardana, di Hotel Jayakarta, Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (7/3/2024).
Kepala Bapelkes Mataram Ali Wardana menjelaskan, program imunisasi merupakan salah satu upaya penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama anak-anak.
“untuk melaksanakan program ini dengan baik, pengelola Program Imunisasi di Puskesmas perlu menjalani pelatihan yang memadai,” jelas Ali usai menutup kegiatan tersebut di Hotel Jayakarta (7/3/2024).
Dijelaskan, pelatihan imunisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola Program Imunisasi dalam melakukan vaksinasi secara efektif dan aman.
Dalam pelatihan ini, pengelola mempelajari berbagai aspek terkait imunisasi, mulai dari jenis vaksin yang tersedia, jadwal pemberian vaksin, hingga teknik penyimpanan dan penanganan vaksin yang benar.
“salah satu hal penting yang dipelajari dalam pelatihan imunisasi adalah identifikasi dan penanganan efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksinasi,” jelas Ali.
“pengelola Program Imunisasi perlu memahami tanda-tanda dan gejala efek samping yang umum, serta tindakan yang harus dilakukan jika terjadi efek samping yang serius,” imbuhnya.
Pelatihan imunisasi juga penting untuk meningkatkan keterampilan komunikasi pengelola Program Imunisasi.
“Mereka perlu mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada orang tua atau wali anak tentang manfaat imunisasi dan risiko yang mungkin terjadi,” jelas Ali.
“Komunikasi yang baik akan membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi,” imbuhnya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelatihan imunisasi juga perlu diperbarui secara berkala.
Pengelola Program Imunisasi di Puskesmas perlu terus mengikuti pelatihan dan memperbarui pengetahuan mereka agar dapat memberikan pelayanan imunisasi yang terbaik.
“Dengan menjalani pelatihan imunisasi yang memadai, pengelola Program Imunisasi di Puskesmas akan mampu menjalankan tugas mereka dengan lebih baik,” terangnya.
“Hal ini akan berdampak positif pada keberhasilan program imunisasi dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan,” imbuhnya.
Terkahir Ali Wardana Berharap peserta dapat memalukan Transfr Knoledge kepada tenaga kesehatan lainnya pada tempat mereka bertugas.
“kami berharap setelah mengikuti pelatihan ini para peserta dapat melakukan transfr knowledge kepada tenaga kesehatan lainnya,” pungkasnya.
