SUMBAWA – Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan ragam budaya dan tradisi dengan ribuan adat serta suku yang berbeda dari sabang sampai merauke. Salah satunya yaitu tradisi Barapan Kebo di kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ragam Tradisi inilah yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Barapan Kebo atau Karapan Kerbau merupakan tradisi petani masyarakat Sumbawa, termasuk Sumbawa Barat dan masih berlanjut sampai saat ini. Barapan Kebo merupakan perayaan yang lahir dari tradisi pertanian masyarakat “Tana Samawa”.
Berawal dari keinginan menyiapkan lahan untuk ditanami padi sebanyak tiga kali, karena jenis tanah di Sumbawa pada umumnya liat, maka Barapan Kebo diadakan dengan tujuan untuk membantu para petani mengolah lahannya agar lahan yang akan ditanami dapat dioptimalkan dengan baik.
“Acara Barapan Kebo ini sangat ramai dan seru karena banyak sekali masyarakat yang sangat antusias untuk menonton pertandingan, sekaligus mendukung Kerbau dan joki untuk memenangkan lomba,” kata Ikbal, salah satu penonton Barapan Kebo.
Barapan Kebo atau Karapan Kerbau diadakan sebelum dan sesudah musim panen diarena sawah yang basah dan digenangi air sebatas lutut sebagai bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat Sumbawa kepada Allah SWT dan menjadi penyambung silaturahmi masyarakat Sumbawa serta menjadi salah satu cara menggemburkan tanah.
Tradisi Barapan Kebo selalu penuh dengan kemeriahan, pemilik Kerbau dengan penuh semangat mendatangkan Kerbau pilihannya untuk bersaing dengan Kerbau lainnya.
Kerbau yang mengikuti perlombaan dikelompokkan menjadi 9 kelas berdasarkan umur, yakni kelas belajar, formula, cilik, a, b, o, harapan, tunas, dan dewasa.
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi peserta agar bisa ikut perlombaan ini adalah, Kerbau yang akan dipakai sudah mencapai usia dewasa, yakni dari umur Satu sampai dengan Lima tahun.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Barapan Kebo berkembang sampai saat ini, tradisi budaya khas Sumbawa ini diadakan setiap tahunnya untuk tujuan amal dan dipertandingkan dengan hadiah istimewa berupa Sepeda Motor, Sapi, Mesin Cuci, Kulkas dan Televisi.
Barapan Kebo diadakan hampir di setiap desa. Saat tradisi barapan kebo berlangsung, masyarakat Sumbawa mengumpulkan penonton untuk menyaksikan pertandingan tersebut.
Selain itu, kondisi Sawahnya yang becek dan terkadang wajah para joki menjadi kotor karena lumpur sehingga membuat penonton Barapan Kebo tertawa.
“Untuk menjadi joki tidak mudah, soalnya kita harus menjaga kecepatan Kerbau dan pastikan bisa kena saka, tapi sangat menyenangkan dan memacu adrenalin meskipun sulit,” ungkap Afi, salah satu joki dalam pertandingan itu.
Kelihatannya sederhana dan mudah, namun ada tantangan untuk menjadi seorang joki. Tidak mudah menjaga kecepatan saat menunggangi kerbau, agar mengenai saka.
Saka adalah tongkat kayu yang ditancapkan di pojok sawah, Saka ini juga menjadi tiang joki sehingga dapat menjatuhkan atau memukul Saka dengan kecepatan tercepat.
Pesan penulis: Barapan Kebo merupakan salah satu tradisi masyarakat Sumbawa dan menjadi salah satu kekayaan tradisi Indonesia. Sudah seharusnya menjadi tanggung jawab generasi muda untuk mencintai budayanya agar tradisi seperti ini tidak hilang seiring perkembangan zaman.
Penulis Opini: Indah Azizah Putri Awalia, Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, semester IV, jurusan Komunikasi dan Penyiaran, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.